Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Tol, Pentingkah Hingga Harus Hutang?

Beberapa hari lalu saya melakukan perjalanan ke pare, kediri, dari bantul, Yogyakarta naik motor. Saya mencoba memakai jalur jogja-surabaya, melalui Ngawi ke timur. Selama perjalanan, kondisi jalan raya antar provinsi cenderung lengang, sepi, tanpa macet. Saat itu hari rabu, kurang lebih jam 10 siang.

Selama perjalanan saya melihat begitu banyak pintu tol sedang dibangun di wilayah jawa timur. Dengan kondisi jalan yang sepi, Disitu saya mulai bertanya-tanya, apakah saat ini adalah saat yang darurat untuk membangun tol hingga harus berhutang? 

Apa dampak tol bagi area sekitarnya?

Dari tahun 2009 hingga 2017 saya pernah tinggal di bandung, kota dengan jalan tol. Saat S1 di kampus IT Telkom, saya tinggal di jalan terusan buah batu, atau biasa disebut jalan bojongsoang. jalan itu memiliki sebuah pintu tol bernama pintu tol buah batu. Pada tahun 2009, kondisi jalan itu sudah sangat macet. Saat itu jalan masih belum diperlebar.
Kondisi kemacetan jalan bojongsoang sebelum jalan diperlebar
Karena kondisi jalan yang sangat macet, pemerintah provinsi akhirnya memperlebar jalan raya itu. Semua orang berharap agar pelebaran jalan dapat mengurangi kemacetan. Apa yang terjadi?
Kondisi kemacetan jalan bojongsoang setelah jalan diperlebar
Di awal-awal pelebaran, jalan terasa lebih longgar. Namun ternyata, tidak lama kemudian, menjadi sama saja tetap macet.

mengapa demikian?

1. Jalan tol membuat orang jadi pengen beli mobil. (meski cuma mau dipake sendiri) 

Pas awal-awal di bandung, aku bingung, kondisi jalan macet gini, kok banyak orang naik mobil padahal di dalam mobil cuma sendiri? Logikanya kan kalo cuma sendirian dan kondisi jalan macet, kan lebih enak naik motor daripada mobil. Ya gak?

Awalnya, aku berasumsi kalo orang bandung itu suka pamer, punya gaya hidup mewah, glamor. Makanya mereka pilih mobil daripada motor. Asumsiku itu berubah ketika aku yg tinggal di bojongsoang (telkom university), tiap hari harus bolak balik ke ITB. Apalagi ada kabar kalo jurusan TI bakal kuliah di ITB Jatinangor.

"Wah, daripada lewat jalur biasa, lebih cepet lewat jalur tol nih. Tinggal masuk pintu tol deket kampus telkom, keluar pintu tol deket ITB. Tapi kalo mau lewat tol kan harus pake mobil y?"

Aku jadi sadar kenapa orang bandung banyak yg pakai mobil padahal cuma sendiri di dalam mobil. Alasannya, biar mereka bisa lewat tol.

Masalah baru timbul krn pertumbuan pengguna mobil jd tinggi. banyak mobil yg keluar masuk tol memadati jalan-jalan di luar tol n bikin macet.
Belum lg pembangunan tol yg sering memotong jalan lain dan hanya menyisakan lorong/jembatan sempit.

Tol justru menimbulkan kemacetan baru di luar tol.
Ada solusi lain seperti membangun rel kereta api dari 1 jalur jd 2 jaur.
bikin jalur bus way.
Bikin jalan layang di tiap perempatan. Dll.

2. Kebutuhan memperlebar jalan keluar pintu tol

Akibat banyak orang memakai mobil, butuh jalan luar tol yang juga lebar. Akhirnya perlu pelebaran jalan.


3. Setelah jalan diperlebar, supermarket banyak berdiri, tambah macet lagi.



Setelah jalan diperlebar, volume kendaraan meningkat, hal ini menjadi peluang bisnis bagi para pebisnis pusat perbelanjaan untuk membuka cabang di daerah tersebut. 
Lalu? 
Akses keluar masuk perbelanjaan turut berkontribusi dalam menambah kemacetan lalulintas. 

Solusinya?

1. Fokuskan pada perbaikan layanan transportasi umum. 


2. Hambat rakyat individu memiliki kendaraan pribadi


3. Buat jalan layang di setiap persimpangan jalan umum non tol 




(belum selesai)

Baca juga:

Jalan tol, untuk siapa?

Posting Komentar untuk "Jalan Tol, Pentingkah Hingga Harus Hutang?"