Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KYAI atau KIAI

KYAI atau KIAI

Menurut riwayat dari KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, pengasuh PM Gontor Putri, yang pernah diceritakan langsung kepada saya, bahwa Kiai Ahmad Sahal (salah seorang Trimurti Pendiri Gontor) pernah membetulkan ejakan KYAI menjadi KIAI.

Menurut Kiai Sahal, kalau KIAI itu ada isinya: *K*amilul *I*lmi wal *A*dabi wal *I*mamati (orang yg sempurna ilmu, akhlak dan kepemimpinannya).

Pemaknaan KIAI versi Kiai Sahal sekaligus mengkonfirmasi pada kita bahwa ada tiga unsur pokok dalam sosok kiai yang sekaligus menjadi kekuatan dan keunggulannya:

*Keilmuan*
*Akhlakul Karimah*
*Kepemimpinan dalam masyarakat*

Bukan kiai jika hanya bermodal ilmu saja tanpa akhlak. Dan juga bukan kiai jika tidak memegang kepemimpinan dalam masyarakat. Kiai itu pemimpin, atau dalam bahasa Kiai Hasan Sahal, kiai itu _mundzirul qoum_ seperti yang diistilahkan dalam Al-Quran.

Menurut Kiai Sahal, jika kita menyebut dengan KYAI bisa ada dua kemungkinan: _"sikil papat utowo sikil loro"_ (berkaki empat atau berkaki dua), demikian kata Mbah Sahal. KYAI dalam bahasa Arab seperti "lafdzun musytarak" لفظ مشترك; satu kata tetapi memiliki beberapa makna.

Yang dimaksud Kiai Sahal berkaki empat adalah penyebutan KYAI utk sapi dan kerbau di beberapa tradisi Jawa seperti Yogya dan Solo dan juga untuk benda-benda keramat seperti keris. Adapun yang berkaki dua adalah untuk menunjuk pada orang alim.

Maka, Kiai Sahal memilih mengubahnya menjadi KIAI, supaya tidak lagi bermakna banyak dan bisa ditafsiri yang tidak sesuai, maka harus ada "isinya".

Maka, untuk menghindari bias makna, lebih baik kita gunakan saja istilah KIAI. Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ternyata juga tertulis KIAI. _Wallahu a'lam_.


@Anang Rikza Masyhadi

Posting Komentar untuk "KYAI atau KIAI"