4 Filosofi Pribadi Muslim (Bagian 2)
Buahpeer.com
- Pada tulisan sebelumnya, 4 Filosofi Pribadi Muslim, dua perumpaan telah digambarkan dalam
hadits rasulullah. Pribadhi muslim layaknya buah utrujah yang baik dari sisi “aroma”
dan “rasa”-nya. Pribadi muslim juga layaknya seperti lebah yang menjaga setiap
yang masuk ke dalam tubuhnya, memberi manfaat, dan tidak membuat
kerusakan/keburukan bagi orang lain maupun lingkungan sekitar. Pribadi muslim
masih bisa ditemukan pada perumpamaan-perumpamaan lainnya seperti berikut ini.
3. Filosofi emas yang tak kenal
kandas
Sampai
sekarang, emas masih dipandang barang mewah dengan harga yang relatif masih wah.
Emas, oleh nabi digambarkan sebagai wujud kepribadian seorang muslim.
Tersebab nilai kemuliaannya yang tak akan berubah meski diperlakukan
bagaimanapun juga.
“Perumpamaan
orang mukmin seperti emas. Emas itu bila dibakar tak akan berkurang dan tak
akan berubah.” (HR Baihaqi)
Emas
tak akan berkurang nilainya meski terbuang ke dalam comberan, dan terlumuri
kotoran yang menjijikkan. Meskipun kotor, ia mudah untuk kembali dibersihkan.
Nilai kemuliaan seorang muslim yang mukmin di hadapan Allah tidak mudah luruh
meski berada di dalam lingkungan yang masih jahil. Justru, dengan “kemilau”
akhlaknya, ia kian menjadi panutan dalam kebaikan.
Emas
mewujudkan karakter yang tangguh. Tidak seperti kayu, emas tak akan menjadi
arang saat dibakar, dan saat ditumbuk pun tak berubah menjadi abu. Justru, ia
semakin berkilau saat ditempa. Dan kian indah saat dibentuk menjadi perhiasan.
Pun demikian pribadi muslim. Saat ditempa Allah dengan banyak ujian keimanan,
tidak menjadi rapuh atau bahkan meluruh menjadi debu yang siap hilang dibawa
kabur angin.
4. Filosofi pohon kurma yang
selalu prima
Satu
kesempatan, rasulullah bertanya kepada para sahabat tentang pohon yang layak
menjadi perumpaan seorang mukmin. Tatkala para sahabat diam tak menjawab,
rasulullah bersabda, “Pohon itu adalah pohon kurma.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Pohon
kurma yang tidak asing lagi bagi kita, dapat dengan mudah kita terima secara
nalar sebagai perumpaan kepribadian seorang mukmin. Pernahkah kita
memperhatikan beberapa ciri khusus pada pohon kurma? Salah satu ciri khasnya
ialah, pohon kurma memiliki daun yang tidak berguguran dengan bergantinya
musim. Dari riwayat Al-Haarits bin Abi Usamah dari jalur lain dari hadits Ibnu
Umar, “Rasulullah bersabda, ‘ia (perumpamaan itu) adalah pohon kurma yang
tidak gugur daunnya dan seorang mukmin tidak gugur doanya’.”
Ibnu
Hajar Ashqalani dalam Fathul Bari menyebutkan persamaan mukmin dan kurma bahwa
Allah tak akan menyia-nyiakan doa seorang mukmin. Bisa saja Allah mengabulkan
secara langsung doa seorang mukmin selama di dunia, dikabulkan dalam bentuk
lain, di tunda hingga datang waktu yang paling tepat, atau diakhirkan sebagai
simpanan di akhirat kelak. Yang pasti, Allah tidak menggugurkan doa-doa orang
mukmin. Allah pasti akan mengabulkan setiap permohonan.
Kebagusan
pohon kurma memiliki akar yang teguh dan cabangnya menjulang ke langit, serta berbuah
pada tiap musim (disebutkan di dalam Q.S Ibrahim : 24-25). Demikian juga dengan
seorang mukmin yang memiliki sifat-sifat yang menarik, yakni memiliki landasan
keimanan yang kuat sebagaimana akar yang kuat pada pohon, sehingga keimanannya
tidak mudah lepas meski dengan ujian atau iming-iming keduniaan.
Kebagusan pohon kurma meliputi performa yang indah, lezat buahnya, dan banyak
memberikan faedah. Demikian juga seorang mukmin memiliki kepribadian yang
menarik, menyenangkan dalam pergaulan, serta memberikan banyak manfaat karena
dirinya yang produktif dengan karya-karya dan amal-amalnya.
Setelah
mendapati dua perumpamaan pribadi seorang muslim di atas, lalu kita kita dapat
bertanya pada hati, “Sudahkah sebagus pohon kurma atau seistimewa emas?”
[Mia
Kusmias]
Disarikan dari Majalah Ar-Risalah rubrik Syakhsiyah
Edisi Januari dan Maret 2016.
Related posts:
Posting Komentar untuk "4 Filosofi Pribadi Muslim (Bagian 2)"