Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ukhuwah Sebagai Pelekat Perbedaan

Berbicara tentang Plural itu merupakan ciri khas dari Indonesia karena negeri ini dilahirkan dalam keadaan beragam. Tidak hanya di Indonesia di seluruh dunia memang diciptakan secara beragam dengan penuh perbedaan mulai dai suku, bahasa, kebudayaan dan bahkan agama. Apakah  kita bisa memilih untuk tidak memiliki perbedaan atau kepluralan ini. Penolakan dari sebuah perbedaan itu hal yang tidak mungin. Walupun seorang manusia diciptakan berbeda tapi selalu mencari persamaan contohnya manusia ketika ingin melakukan gerakan pasti mencari persamaan misalnya seorang yang suka main bola maka mereka lebih senang dan membuat komunitas berdasarkan apa yang mereka sukai yaitu hobi mereka yang sama. Lalu mengapa selalu mempebesar perbedaan? Terjadi konflik, karena sebuah perbedaan mungkinkah konflik itu timbul hanya karena sebuah perbedaan? Atau kah ada hal lain yang menyebabkan konflik itu muncul?
Memang tidak bisa dipungkiri perbedaan memang sudah mejadi sunnatullah (ketetapan Allah). Sebab manusia memang Allah ciptakan dengan bergam dan unik coba kita lihat buktikan dari surat Al hujurat ayat 13, yang Artinya: Wahai Manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian kami jadikan kaum berbangsa – bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang palling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.

Ayat ini begitu popular dikalangan umat islam tapi menjadi hal yang dilupakan karena kita terlalu sibuk membaca dan kurang mentadaburi ayat ini. Dalam ayat ini Allah menciptakan manusia memang berbeda – beda kita tidak bisa memilih kita mau semua orang sama seperti kita. Coba bayangkan ketika semua orang punya wajah yang sama kita pasti buingung siapa sebenarnya namanya dan apakah orang tersebut mengenal kita. Orang kembar saja ada bedanya, betapa hebatnya master piece Allah yang menciptakan makhluk bernama manusia dan semuanya berbeda. Ketika manusia ini bermilyar – milyar jumlahnya maka jenis dan sifat serta budayanya juga bermilyar – milyar. Masya Allah, maka dari itu kita harus bersyukur dengan sebuah perbedaan ini yang sengaja Allah buat untuk kita supaya saling mengenal. 


Sedikit membahas asbabun nuzul ayat ini ketika kejadian futtuh makkah pada saat itu Bilal Bin Rabbah naik ke atas ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Namun salah seorang yang bernama Hasan bin Hisyam berkomentar “Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk beradzan kecuali burung gagak hitam”. Hal ini yang membuat Allah menurunkan ayat ini. Padahal Bilal adzan atas perintah Rasulullah. Maka selain menjelaskan tentang perbedaan dan keragaman ayat ini pula mengisyaratan bahwa sikap rasis, buli, dan merendahkan orang lain itu hal yang tidak disukai Allah. Tidak peduli asalnya dari mana dan keturunan dari mana, karena manusia yang terbaik bukan mereka yang memiliki perawakan yang bagus, harta yang melimpah, dan kecerdasan tapi nilai ketakwaan yang dimiliki manusia itu lah manusia terbaik di hadapan Allah.
Ada hal yang perlu digaris bawahi pada ayat tersebut untuk menghubungkan dengan ukhuwah yaitu saling mengenal. Fitrah dari seorang manusia selalu penasaran dan punya hal yang membuat manusia selalu mencari.
Ukhuwah secara bahasa adalah persaudaraan. Kisah tentang ikatan ukhuwah yang paling kita kenal adalah persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshor. Mereka memiliki latar belakang berbeda tidak ada persaudara sedarah. Lalu apa yang membuat ikatan mereka begitu kuat sampai – sampai ada yang mau memberikan harta mereka, berbagi rumah dan lain sebagainya. Ukhuwah yang dibagun dengan ikatan keimanan. Itulah ikatan yang membuat ikatannya menjadi kuat. Suatu ungkapan mengatakan “ tidak ada persaudaraan tanpa iman, dan tidak ada iman tanpa persaudaraan”. Ukhuwah ini merupakan lem pelekat yang memperkokoh pesaudaraan.
Substansi dari ukhuwah yang diajarkan oleh Islam adalah hidup rukun, damai, saling menghormati, dan mengapresiasi perbedaan dan keragaman, anti kekerasan dan terorisme. Maka setelah adaya suatu ukhuwah maka kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk ber-Ishlah (berdamai, rekonsiliasi, dan reformasi). Dalam hal ini Allah mengingatkan dengan firman Allah surat Al- hujurat ayat 10 yang artinya “orang –orang mukmin itu bersaudara, maka dari itu damaikanlah kepada Allah agar kamu mendapat Rahmat.”
Maka perbedaan itu justru untuk melekatkan ukhuwah sesama manusia pada umumnya dan muslim pada khususnya. Bagi muslim ukhuwah yang dibangun harus berlandaskan keimanan. Seperti yang dikutip dari Abdullah Nasih ‘Ulwan[1] bahwa ukhuwah memuliki syarat – syaratnya.  

Pertama ukhuwah harus didasari niat yang ikhlas karena Allah. Sikap ikhlas ini akan melahirkan keterbukaan dan penerimaan terhadap apapun yang dimiliki saudara kita. Saling menyayangi, mengayomi, mengadvokasi dan saling peduli dan toleran. Seperti firman Allah: teman – teman karib pada hari itu saling bermusuhan kecuali mereka yang bertakwa.(QS. Az-Zukhruf : 67).

Kedua, ukhuwah harus berbasis syariah. Berbagai norma dan nilai terkait dengan pola hidup damai, rukun toleran, saling menghargai perbedaan harus mengacu pada pesan moral yang Al-Quran ddan As-sunah Shahihah. Karena ukhuwah itu aktualisasi dari dalam rangka menegakan syariah itu sendiri sebagai kemaslahatan umat manusia.

Ketiga, ukhuwah harus dilandasi semangat kerjsasama, sinergi iman dan takwa, bukan kolaboasi dalam kemaksiatan serta permusuhan firman Allah “ dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat besar siksaanNya.” (QS. Al-Maidah: 2).

Keempat, ukhuwah harus melahirkan sikap saling membantu, melengkapi, mengisi dan menyempurnakan satu sama lain di saat suka maupun duka. Jalinan ukhuwah ini perlu dibangun dengan sinergitas dan gotong royong. Seperti yang telah disabdakan oleh nabi bahwa muslim dengan muslim yang lain ibaratkan seperti bangunan kokoh yang menguatkan antara satu dengan yang lain bukan saling melemahkan. Perwujudan dari ukhuwah yang dibangun adalah terciptanya sebuah tatanan kehidupan yang damai, berkeadaban, berkemajuan, dan berkeadilan.

Kemudian, mengapa timbul konflik di seluruh dunia apakah karena perbedaan kemudian menghancurkan ukhuwah? Mari menelisik sebuah hadist rasulullah SAW.
“ sesungguhnya aku telah berdo’a dengan penuh rasa harap dan kekhawatiran, saya memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk umatku tiga perkara, namun Dia hanya mengabulkan dua untukku dan menolak satu perkara. Aku memohon kepada-Nya agar mereka tidak dibinasakan musuh dan Dia mengabulkannya. Kemudian kemudian aku meminta agar Allah tidak mencelakakan mereka dengan ditenggelamkan dan dia juga mengabulkannya. Dan aku juga memohon kepada-Nya supaya tidak menjadikan mereka saling bermusuhan sesama mereka, namun Allah mengembalikannya kepdaku.(HR. Ibnu Majah).
Dari Hadist diatas kita perhatikan doa ketiga rasulnya yang tertolak. Beliau menginginkan agar umatnya tidak saling bermusuhan namun akhirnya tertolak. Hal ini mengindikasikan bahwa sifat permusuhan memang ada dalam diri manusia karena memiliki hawa nafsu yang perlu dikendalikan. Oleh karena itu permusuhan dan konflik bukan karena perbedaan tapi karena manusia itu sendiri yang memiliki potensi untuk berbuat permusuhan dan konflik dengan sesamanya. Dalam hal ini kita juga bisa melihat suatu ayat yang mengindikasi bahwa manusia memiliki potensi berbuat kerusakan kita lihat Surat Al-Baqoroh ayat 30.
Artinya: “dan ingatlah ketika tuhanmu berfiman kepada malikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi’. Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” di berfirman, “sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,
Lihat bagaimana malaikatpun sudah tahu potensi kerusakan manusia. Namun jawaban dari Allah sangat indah bahwa Dia lebih tahu dari para malaikat. Manusia memiliki dua potensi yaitu potensi kebaikan dan otensi keburukan. Mana dari kedua potensi tersebut yang menonjol apa potensi keburukan atau potensi kebaikan. Itulah perbedaan manusia dengan makhluk Allah yang lain. Karena susungguhnya manusia yang paling terbaik adalah mereka yang betakwa.
Dapat kita ambil kesimpulan bahwa perbedaan bukan alasan kita berkonflik dengan saudara sesama manusia bahkan dengan sesama muslim. Tapi konflik adalah potensi manusia yang dikendalikan hawa nafsunya. Untuk meminimalisir hal tersebut maka kita bangun yang namanya ukhuwah sebagai pelekat dan ikatan sesama muslim dan manusia pada umumnya. Mohon maaf apabila ada kata yang salah kebenaran hanya Allah.
Wallahu a’lam
Penulis:
Agus Muhajir Alumni PIR 34

Sumber rujukan tulisan:
Al-Quran dan terjemahan
Suara Muhammadiyah No. 6/ 2014 hal 19
Suara Muhammadiyah No. 4/ 2014 hal 42


[1]Tulisan Muhbib Abdul Wahab Suara M uhammadiyah no.04/2014 hal 42

Friends Added

Posting Komentar untuk "Ukhuwah Sebagai Pelekat Perbedaan"