Belajar Merakyat dari Kehidupan Seorang Dokter
Sudah
tak asing lagi ditelinga kita mengenai kehidupan pribadi dokter yang terbilang
mewah dibandingkan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun itu tidaklah
berlaku bagi Moewardi. Sosoknya yang humanis itu lahir dan tumbuh di tanah Pati, Jawa
Tengah pada tanggal 13 Oktober 1948. Sejatinya, ia merupakan sosok keturunan
bangsawan namun gelar tersebut tidaklah membuat ia menjadi berkepala besar. Moewardi
muda menghabiskan masa kuliahnya di STOVIA (School
tot Opleiding van Indische Artsen) selesai dari sana, ia kembali melanjutkan studinya dan
mengambil spesialisasi hidung dan telinga (THT).
Dalam kehidupn pribadinya, ia pernah
menikah dua kali. Istri yang pertama, Soeprapti dinikahinya ketika ia menempuh
studi di STOVIA namun istri pertamanya meninggal pada tahun 1935 karena
gangguan Rahim. Setelah itu ia kembali menikah dengan Susilowati dan dikaruniai
lima orang anak.
Sifatnya yang begitu humanis dan
dekat dengan rakyat membuat ia diberi julukan “dokter gembel” karena ia begitu
dekat dengan masyarakat kelas bawah atau para gembel. Hingga pada suatu saat,
ada seseorang yang tiba tiba sakit dan membutuhkan pertolongan dokter,
orang-orang pun memanggil Moewardi dan memintanya untuk mengobati orang yang
sakit tersebut. Seseorang yang ditugasi untuk menjemput dokter Moewardi pun
kebingungan karena jalan yang hendak dilalui oleh dokter dan ia tergenang air
dan kotor. Melihat hal tersebut, akhirnya orang yang ditugasi menjemput
Moewardi memaksa agar sang dokter bersedia di gendong agar pakaian yang
digunakannya tidak kotor. Walaupun dengan berat hati akhirnya Moewardi pun
memenuhi keinginan orang tersebut.
Selain dibidang kedokteran, Moewardi
sangat bersemangat terhadap kemerdekaan Indonesia. Tercatat ia pernah
mendirikan dan memimpin gerakan kepanduan Jong
Java Padvinderii. Selain itu ia pernah terjun di dunia sosial dengan
mendirikan sekolah kedokteran, Koran Banteng dan Bank Banteng. Selain itu, ia
pernah diamanahi tugas oleh Presiden Soekarno sebagai pengaman dalam kegiatan
pembacaan proklamasi di Jakarta dikarenakan statusnya sebagai ketua Barisan
Pelopor.
Moewardi merupakan sosok yang sangat
profesional, terbukti pada saat presiden Soekarno menwarkan jabatan sebagai
menteri pertahanan ia menolak dengan alasan ia ingin tetap menjadi dokter dan
membantu orang banyak.
Dengan semangat dan kinerjanya yang
luar biasa, Moewardi mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner (GKR) pada Agustus
1948 untuk melawan aksi-aksi anti pemerintah yang dilancarkan oleh Front
Demokrasi Rakyat (FDR) yang merupakan underbow
dari PKI. Namun Tuhan berkehendak lain, dengan dibentuknya gerakan tersebut
berkahirlah perjuangannya untuk membela stabilitas negara ini. Pada tahun yang
sama ketika Ia sedang berjuang melawan antek-antek PKI di Madiun ia menghilang
dan tidak diketahui jasadnya hingga kini. Usianya mungkin tidaklah panjang,
namun semangat dan tauladannya akanlah menjadi sejarah yang panjang yang pernah
dimililiki oleh Indonesia.
Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Moewardi
Posting Komentar untuk "Belajar Merakyat dari Kehidupan Seorang Dokter"